Resiko Besar Hidup Bermewah Mewah Di Dunia

Segala puji hanya layak untuk Allah, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya. Salam untuk seluruh Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya

Perlu diketahui bahwa segala ciptaan Allah yang di dunia ini memiliki keterbatasan. Maka kita orang beriman perlu memperhatikan batas-batas tersebut, dan agar kita tidak keluar batas, melampau batas dan berdiri pada kondisi yang merugikan.

Allah SWT memberi tahu kepada manusia bahwa kehidupan di dunia adalah ujian. Seseorang dikatakan lulus ujian bila mereka hidup di dunia selalu mengingat Alllah, rajin beribadah dan bersyukur  kepada Allah dan selalu berusaha mendekat kepada Allah dengan selalu menyempurnakan diri dalam ibadah kepadaNYa.  Bila manusia lulus dari ujian hidup di dunia maka mereka di alam barzah dan di akherat berhak mendapatkan kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada putus putusnya.

Ujian di zaman hari ini adalah ujian tentang kelimpahan nikmat dunia, baik berupa harta benda, hiburan, kesenangan suasana, dan pujian dan sanjungan diantara manusia, serta suasana hingar bingar penuh suka-suka yang dapat menjadikan manusia lupa kepada Allah SWT. Jika manusia telah melupakan Allah maka manusia akan menjadi makhluq yang suka menjauh dari Allah dan suka melampaui batas.

Beberapa hal negatip yang sering dilakukan oleh orang-orang yang melupakan Allah Tuhan yang Maha Perkasa yang disebabkan karena mereka telah mendapatkan kenikmatan dunia, bisa berupa kelimpahan harta benda, kelimpahan kekuasaan, kelimpahan kekuatan, kelimpahan kecerdasan, namun mereka tidak memiliki Iman dan taqwa.

1.Suka berbuat DOSA

فَلَوْلاَ كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِن قَبْلِكُمْ أُوْلُواْ بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِي الأَرْضِ إِلاَّ قَلِيلاً مِّمَّنْ أَنجَيْنَا مِنْهُمْ وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مَا أُتْرِفُواْ فِيهِ وَكَانُواْ مُجْرِمِينَ ﴿١١٦﴾ا

  1. Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.(QS 11 HUD ayat 116)

Kehidupan mewah di suatu masa, peradaban, masyarakat, dapat memunculkan perilaku suka berbuat dosa, berbuat kerusakan , mengejar kemewahan hidup dan kemudian melupakan tugas utama manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah, melihat keagungan Allah dan selalu dalam iman dan amal sholeh. Semakin sedikit orang yang rajin beribadah kepada Allah, dan banyak orang yang hidup sekedar memburu kenikmatan dan kemewahan.

  1. Meremehkan para Nabi dan Rasul dan para Da’i

 فَأَرْسَلْنَا فِيهِمْ رَسُولاً مِنْهُمْ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ ﴿٣٢﴾ وَقَالَ الْمَلَأُ مِن قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاء الْآخِرَةِ وَأَتْرَفْنَاهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ ﴿٣٣﴾ا

  1. Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata): “Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya).
  2. Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: “(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. (QS 23 Al Mu’mimun ayat 32 sd 33)

Orang yang telah mampu menggapai sukses kemewahan dunia, namun tidak punya fondasi iman dan takwa sudah menjadi kelaziman mereka akan memiliki sikap merendahkan orang lain, fatalnya hal itu juga dilakukan kepada para Nabi dan Rasul dan juga para penyempai kebenaran. Maka umat Islam perlu memberikan fondasi yang kuat pada anak-anaknya agar selalu menyempurnakan, ilmu dan pengamalan Islam, iman dan taqwa kepada anak turun mereka.

  1. Suka Mengingkari Para Pembawa Kebenaran

وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُم بِهِ كَافِرُونَ ﴿٣٤﴾ وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالاً وَأَوْلَاداً وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ ﴿٣٥﴾ا

  1. Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya”.
  2. Dan mereka berkata: “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab.(QS 34 Saba ayat 34 sd 35)

Disebabkan mereka memiliki berbagai macam kelebihan dunia dan berbagai kehebatan yang ada pada mereka sehingga mereka seolah tidak butuh nasehat, apalagi nasehat yang disampaikan oleh orang yang mereka anggap lemah dan miskin.

  1. Lebih Suka Menempuh Keyakinan yang Tidak Jelas

وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِم مُّقْتَدُونَ ﴿٢٣﴾ قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكُم بِأَهْدَى مِمَّا وَجَدتُّمْ عَلَيْهِ آبَاءكُمْ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُم بِهِ كَافِرُونَ ﴿٢٤﴾ا

  1. Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata“Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.”
  2. (Rasul itu) berkata: “Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya.”(QS 43 Az Zukhruf ayat 23 sd 24)

Kesibukan mengurusi kemewahan dunia pada seseorang menjadi sangat sulit untuk menimbang-nimbang kebenaran. Sesuatu yang benar kadang dianggap akan menghambat kesuksesan mereka di dalam mencapai kemewahan dan kesuksesan hidup mereka. Sehingga sangat sulit diajak kepada keyakinan yang benar. Susah untuk berubah kepada yang benar, karena apa yang telah mereka lakukan telah mampu memberikan kesuksesan yang memuaskan.

  1. Suka Menghina Para Nabi dan Rasul dan Pembawa Kebenaran

وَنَادَى فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِن تَحْتِي أَفَلَا تُبْصِرُونَ ﴿٥١﴾ أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِّنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ وَلَا يَكَادُ يُبِينُ ﴿٥٢﴾ فَلَوْلَا أُلْقِيَ عَلَيْهِ أَسْوِرَةٌ مِّن ذَهَبٍ أَوْ جَاء مَعَهُ الْمَلَائِكَةُ مُقْتَرِنِينَ ﴿٥٣﴾ا

  1. Dan Fir`aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: “Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat (nya)?
  2. Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?
  3. Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya.” (QS 43 Az Zukhruf ayat 51 sd 53)

Manusia perlu tahu bahaya kemewahan hidup, karena dapat membuat pandangan jiwa manusia terhadap kebenaran menjadi tertabir, dianggapnya kebenaran adalah kemewahan dan kesuksesan materiil, dan sangat menghina kepada para pembawa kebenaran, apalagi jika pembawa kebenaran itu  mereka lihat miskin dan lemah.

  1. Para Rasul Allah dianggap akan menyesatkan mereka

قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُّسَـمًّى قَالُواْ إِنْ أَنتُمْ إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُنَا تُرِيدُونَ أَن تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَآؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُّبِينٍ ﴿١٠﴾ا

  1. Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan) mu sampai masa yang ditentukan?” Mereka berkata: “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada kami bukti yang nyata.(QS 14 Ibrahim ayat 10)

Tabir hati yang ada dalam diri orang yang telah hidup mewah dan suka berbuat dosa, mengakibatkan sangat sulit untuk diajak kepada kebenaran. Kebenaran yang disampaikan para Nabi dan Rasul dianggab sebagai ancaman akan keyakinan yang sudah mereka miliki. Berbagai sifat buruk yang menyelimuti mereka telah membuat mereka menjadi alergi menerima kebenaran yang haqiqi.

  1. Resiko besar akan mendapat Murka Allah

وَذَرْنِي وَالْمُكَذِّبِينَ أُولِي النَّعْمَةِ وَمَهِّلْهُمْ قَلِيلاً ﴿١١﴾ا

  1. Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.(QS 74 Muzzammil ayat 11)

وَإِذَا أَرَدْنَا أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيراً ﴿١٦﴾ا

  1. Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta`ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.(QS 17 Al-Isra’ ayat 16)

Ujung dari hidup mewah di dunia, memiliki resiko yang amat besar. Manusia dan jin diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Tidak sekedar untuk berlomba-lomba untuk menggapai kemewahan hidup. Bila manusia sudah melupakan Allah, melupakan kewajiban kepada Allah, maka bila Allah berkehendak melakukan pembalasan atas dosa-dosa manusia yang suka hidup mewah, maka manusia tidak akan dapat menghindarinya.

Kesimpulan

Umat manusia telah memasuki zaman dimana fasilitas hidup mewah semakin mewabah keseluruh dunia. Banyak orang hidup di dunia sekedar sibuk untuk menggapai kemewahan dunia, kelezatan dunia, kenyamanan dunia, kesuksesan dunia.  Namun melupakan jati dirinya sebagai makhluq yang diciptakan Allah untuk menjadi makhluq yang selalu menyembah dan tunduk patuh pada Allah dan suka melihat keagungan Allah diseluruh alam ciptaanya.

Umat Islam harus sadar diri, dimana sekarang zaman sedang berjalan. Mereka harus semakin serius, disiplin dan cermat dalam mendidik diri dan mengajari anak-anak turun mereka dalam mewujudkan diri diri mereka sebagai  Abdullah dan Khalifatullah.

Maka umat Islam jangan ikut berlomba-lomba dalam mengejar mati-matian untuk menggapai kehidupan mewah di dunia, namun harus semakin serius membangun FONDASI kehidupan yang akan mencetak manusia yang bahagia hidup di Dunia dan di Akhirat.  Pengajaran Islam, Iman dan Amal Sholeh harus tetap dikuatkan di dalam zaman yang semakin berebak kemewahan Dunia. Wallahu ‘alam.