Tetaplah Berbuat Baik Kepada Orang Tua Sekalipun Ayahnya Seorang Yang Suka Marah

Allah menunjukkan bagaimana seorang anak berbakti kepada orang tua sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim yang sangat berbakti kepada ayahnya sekalipun ayahnya seorang musyrik atau seorang penyemba berhala, begitu juga dicontohkan oleh Nabi Ismail berbakti kepada ayahnya Nabi Ibrahim sekalipun ayahnya akan menyembelihnya.

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” [QS. Al-Isra’ : 23-24]

Dari uraian ayat tersebut di atas jelaslah bagaimana seorang anak harus berbakti kepada orang tua yang merupakan perintah dari Allah :

  • Jangan berkata “ah”  apalagi lebih dari itu kepada orang tua kita
  • Jangan bentak keduanya
  • Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang mulia sekalipun ayahnya seorang yang pemarah.
  • Merendahkan diri di hadapan keduanya, meskipun sebenarnya anak itu yang benar
  • Mendoakan kebaikan keduanya kepada Allah